Seminar pembelajaran bahasa Jerman bersumber budaya di Berlin, Jerman 2025
Belajar Bahasa tidak hanya belajar cara berkomunikasi tetapi mengenal budaya asal Bahasa tersebut. Pembelajaran Bahasa dan budaya selalu beriringan terutama dalam Bahasa Jerman. Melalui seminar 2 minggu yang diadakan mulai tanggal 21 Juli sampai 01 Agustus 2025 di Berlin Jerman saya berkesempatan untuk belajar lebih mendalam bagaimana cara mengajarkan budaya dalam bahasa Jerman. Seminar ini bertema „ kulturbezogenes Lernen und Deutschland erleben“ atau „ pembelajaran budaya dan tinggal di Jerman“ .
Seminar ini diikuti 25 Guru, pengajar Goethe Institut, Dosen dan Profesor dari beberapa negara dan 4 benua diantaranya Spanyol, Italia, Irlandia, Maroko, Argentina, Mexiko, Republik Ceko, Slowakia, Rumania, Uzbekistan, Mesir, Tunisia, Jepang, Cina, dan Indonesia. Saya mewakili Indonesia di Seminar yang diadakan di Goethe Institut Berlin ini dan selama 2 minggu kami belajar berbagai metode pengajaran budaya melalui bahasa dengan tempat belajar dikelas dan juga melalui kunjungan ketempat-tempat pembelajaran lain seperti Galeri Seni lukis koleksi kerajaan Prusia di abad 18 yang memiliki 1000 koleksi lukisan, Humbolt Forum (Museum sejarah Jerman, Asia dan Afrika), Futurium Museum (Museum tehnologi masadepan), DDR Museum (Museum tentang kehidupan Berlin Timur), ZDF-TV, Schlüterhof, Hackesermarkt, Maerparkt, Haus Schwarzenberg, Pusat pemerintahan Berlin sebagai ibukota Jerman, Pusat Dokumentasi pengungsi dan korban perang, dan berbagai tempat-tempat menarik lainnya. Ditempat-tempat tersebut kami diberikan tugas dengan berbagai metode menarik yang bisa kami terapkan dikelas masing-masing.
Selama di Jerman saya tinggal dengan keluarga (keluarga Tamowsky di daerah Kreuzberg, Berlin) yang menyewakan kamarnya untuk guru-guru yang mengikuti seminar dengan Goethe Institut. Tidak hanya tinggal tetapi saya juga dikenalkan dengan keluarga beliau melalui undangan makan malam dan jalan-jalan disekitar kawasan mereka tinggal. Keluarga Tamowsky banyak juga mengenalkan kepada saya tentang sejarah dan budaya Jerman serta tempat-tempat menarik seperti Galerie Seni Bethania dan Taman Engelbecken.
Perjalanan ini disponsori oleh pihak sekolah mitra pemerintah luar negeri Jerman (Pasch) melalui Goethe Institut. Setiap tahun pihak Pasch/ Goethe-Insitut membuka peluang seminar yang semua guru-guru sekolah mitra bisa melamar. Untuk tahun ini ada beberapa guru dari sekolah-sekolah mitra di Indonesia yang mengikuti seminar di berbagai kota Jerman dan kebetulan saya ditempatkan di Berlin.
Program seminar-seminar untuk guru dan dosen di Jerman ini ditawarkan setiap tahunnya. Kita hanya perlu mendaftar dan melalui proses seleksi administrasi diantaranya menulis Motivationsletter. Keaktifan dalam mengajarkan Bahasa Jerman di institusi masing-masing juga menjadi salah satu syarat diterimanya beasiswa seminar ini. Dalam mengikuti seminar diJerman ini banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan diantaranya menambah teman sejawat sesama pengajar Bahasa Jerman dari seluruh dunia, bertukar pikiran dan pengalaman serta menambah wawasan metode-metode pengajaran aktual serta situasi dan kondisi terkini Jerman secara langsung. Selain hal-hal menarik ada pula hal-hal yang menjadi tantangan ketika mengikuti seminar di Berlin seperti padatnya kegiatan, banyak jalan kaki dari dan menuju tempat kegiatan, salah jalan karena Berlin sangat besar ditambah dengan perlakuan rasisme dari warga. Walaupun lelah fisik dan psikis namun kegiatan ini memberikan pelajaran tidak ternilai untuk saya. Terimakasih SMAN 1 Malang yang memberikan dukungan dan izin untuk keberangkatan saya dan juga Pasch Indonesia serta Goethe Institut yang selalu memberikan fasilitas serta dukungan untuk kegiatan guru dan pembelajar bahasa Jerman.